Makmur menjelaskan, 10 unit KRL bekas dari Jepang dengan tahun pembuatan 1980-an itu, sejak Rabu sore sudah diturunkan dari kapal di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Kemudian 10 unit lagi dijadwalkan datang pada Mei dan sisanya 20 unit lagi pada Juni 2010 sehingga pada pertengahan tahun sudah 40 unit. "Kemampuan peron di Jabotabek rata-rata 8 unit kereta sehingga 40 unit tersebut akan jadi empat rangkaian, kereta sisanya untuk cadangan," katanya.
Tidak hanya itu, lanjutnya, pihaknya juga sedang melakukan tender pengadaan 50 unit KRL bekas hingga akhir 2010 sehingga total pengadaan menjadi 90 unit. "Selain itu, kami juga dijadwalkan dapat tambahan 8 KRL baru buatan PT Inka yang bersumber dari pengadaan Ditjen Perekeretaapian Kementerian Perhubungan," katanya.
Khusus 10 unit KRL yang tiba Rabu (21/4), Makmur mengatakan, diperkirakan baru siap operasi sekitar satu bulan lagi. "Kami harus melengkapi persyaratan kelaikan sesuai regulasi yang ada dan kemudian disertifikasi oleh regulator. Butuh waktu sekitar satu bulan untuk `make up` dan sertifikasi," katanya.
Makmur menambahkan, harga per unit KRL bekas diperkirakan sekitar Rp1 miliar. "Ini termasuk murah dan kondisinya sangat bagus," katanya. Ia juga mengatakan, tambahan KRL ini selain untuk mengganti sejumlah KRL yang sudah tidak optimal, juga untuk menambah kapasitas angkut penumpang per hari.
"Terus terang dari 386 KRL yang kami miliki di Jabotabek saat ini, hanya sekitar 340 unit yang siap operasi. Jadi, tambahan KRL bekas dari Jepang akan menggantikan peran KRL yang tidak siap untuk operasi," katanya.
Penumpang KRL Jabotabek hingga saat ini sekitar 400-450 ribu per hari dan pemerintah menargetkan hingga akhir 2014 total penumpang yang bisa diangkut mencapai tiga juta orang per hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar